/ * ABDULLAH. A.Md, Caleg PKS DPRD Pelalawan No. Urut.5 Dapil 1: 2009 # / *

Jumat, 20 Maret 2009





Read More......

Minggu, 15 Maret 2009

Kematian Hati
K.H. Rahmat 'Abdullah (Ketua Yayasan IQRO Bekasi)


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama.
Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.

Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?


Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1.500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"? Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan "Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan : sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?"

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya". Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Read More......

Pemimpin yang Takut kepada Pihak Asing

Pemimpin yang Takut kepada Pihak Asing

Assalamualaikum wr. wb

Pak ustadz yang budiman, berkenaan dengan keadaan terakhir bangsa ini, di mana pemerintah seenaknya menaikkan BBM, membiarkan ahmadiyah, menangkapi lasykar dan pimpinan FPI, menghancurkan kampus-kampus, menjual 44 BUMN, dan kebobrokan lainya.

Pertanyaan saya, bagaimana kami sebagai rakyat kecil yang merasa terzalimi harus bersikap? Apakah mereka didikte oleh kekuatan asing? Apakah mereka takut berhadapan dengan kekuatan asing itu?

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih pak ustadz mau menjawab.

Wassalamualaikum wr.wb

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Tekanan pihak asing pada semua kebijakan pemerintahan kita tidak hanya terjadi pada hari ini. Tekanan ini adalah bagian utuh dari rangkaian pola dan modus penjajahan (kolonialisme) asing terhadap negeri Islam yang belum selesai-selesai juga sampai sekarang.

Kalau kita berpikir bahwa tanggal 17 Agustus 1945 kita sudah sepenuhnya merdeka, maka silahkan kecewa. Karena kenyataannya, kemerdekaan itu tidak bulat seutuhnya. Kemerdekaan itu hanya pada tataran formal dan juridis saja. Bedak dan lipstiknya memang merdeka. Tapi isi perutnya masih saja terjajah. Ya, pada hakikatnya negeri kita tercinta ini masih dijajah.

Hanya modusnya memang beda. Belanda dan kekuatan asing itu memang hengkang secara fisik dari negeri ini. Tidak ada tentara asing berkeliaran di negeri kita. Secara formal kita punya bendera, lagu kebangsaan, batas wilayah, bahkan punya pemerintahan.

Tapi,

Apalah artinya semua itu kalau mentalitas para penguasanya hanya boneka dan budak yang kerjanya setiap hari membungkukkan badannya kepada kekuatan asing itu?

Apalah artinya lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan kalau para pejabatnya sibuk menjual semua asset bangsa?

Kelemahan kita pada hakikatnya pada mentalitas sebagian penguasa lokal, yang entah bagaimana caranya, seolah bekerja demi kepentingan asing. Entah apa motivasinya, apakah takut, ataukah karena memang mentalnya mental inlander. Rasanya, alasan kedua ini yang lebih dominan.

Mentalitas Inlander

Kalau kita kembali kepada sejarah bangsa ini, sejak awal mula penjajahan ketika dahulu VOC masuk dan merampas kekayaan alam lewat permainan dagang yang curang, kita sudah menyaksikan banyak pihak yang bermental inlander ini.

VOC tidak akan ''sukses'' menjajah negeri ini kalau tidak dibantu oleh para pamong dan penguasa lokal yang ikut memberi jalan masuk bagi para penjarah, demi sekedar mendapat keuntungan yang sangat kecil.

Belanda tidak akan menjajah kita sampai 3, 5 abad kalau tidak karena adanya kacung-kacung lokal yang mau saja diperdaya, diperalat dan dijadikan kaki tangan penjajah. Mereka, para kacung itu, memang dibutuhkan, bahkan kalau perlu diternakkan, agar nantinya siap bermitra dengan para penjarah.

Setidaknya menjadi jaminan atas langgengnya upaya kecurangan para penjajah. Mental-mental semacam inilah yang hari ini terjadi lagi sebagai pengulangan sejarah.

Memang benar dahulu kita punya pemimpin besar sekelas Bung Karno yang masyhur dengan jargonnya, "Go to hell with your aid." Tapi pada akhirnya dia malah terjungkal oleh konspirasi kekuatan asing.

Mafia Berkeley

Salah satu sumber masalah buat negeri kita ini adalah adanya mafia di level para penentu kebijakan poitik dan ekonomi. Di antaranya yang disebut dengan mafia Berkeley.

Mafia ini memang diciptakan oleh para penjarah di Amerika berupa pusat pendidikan dan perguruan tinggi. Antara lain Universitas Berkeley, Cornell, MIT (Massachusette Institute of Technology), Harvard dan lainnya. Berbagai perguruan tinggi yang menjadi favorite ini ternyata merupakan sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal. Termasuk menjadi pusat untuk meng-Amerika-kan para mahasiswa yang datang ke negeri itu (termasuk Indonesia) dan menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangan Amerika yang setia.

Bahkan sebenarnya menurut David Ransom, bebagai perguruan tinggi itu pada hakikatnya hanya kedok saja. Isinya tidak lain adalah wadah bagi CIA untuk melakukan cuci otak. Luar biasa bukan?

Para mahasiswa jebolan Berkeley dan yang lainnya, setelah mendapat gelar Phd dan sejenisnya, kemudian pulang negeri kita dan berkerumun di sekitar pusat kekuasaan dan menguasai berbagai Fakultas Ekonomi. Tujuannya, selain menjadi penyambung lidah Amerika, memelintir cara berpikir bangsa, juga mengambil alih kebijasanaan negara dalam masalah ekonomi.

Mafia ini kemudian duduk menjadi pejabat yang paling menentukan arah langkah kebijakan ekonomi di negeri ini. Semua jabatan menteri di bidang perekonomian dikuasai, siapa pun yang jadi presidennya. Jabatan Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Bapenas, Penanaman Modal Asing, Menteri Perindustrian, Dirjen Pemasaran dan Perdagangan, dan jabatan penting lainnya adalah tempat yang paling strategis untuk menjalankan agenda kolonialisme Amerika modern di negeri kita.

Untuk itu, semua pejabatnya harus orang-orang yang sangat mengabdi buat kepentingan Amerika, setidaknya harus sudah dicuci otaknya di berbagai perguruan tinggi di negeri Paman Sam itu.

Sebagian pengamat mengatakan bahwa Istilah PELITA dan REPELITA yang akrab di telinga kita sejak masa rezim Soeharto, adalah hasil godokan team ini.

Keberadaan mafia Berkeley ini merupakan bentuk implementasi dari ungkapan Ricahrd Nixon, Presiden Amerika di tahun 1967 tentang Indonesia yang sedang dinikmati hasil jarahannya. Nixon mengatakan bahwa Indonesia adalah "The Greates Prize", Indonesia adalah anugerah terbesar buat Amerika.

Anugerah?

Ya, anugerah yang terbesar untuk dijarah, karena tanpa perlawanan apapun, tanpa repot mengirim pasukan, tanpa ba dan bu, para pejabatnya siap mempersembahkan semua kekayaan alam kepada kepentingan komprador negeri Paman Sam itu. Termasuk pada akhirnya mengobral murah 44 BUMN yang dengan susah payah dibangun oleh putera puteri terbaik bangsa ini.

Prestasi mafia ini memang luas biasa. Salah satu jerih payah mereka antara lain adalah kontrak-kontrak kerja yang sangat merugikan bangsa. Nyaris tidak ada kekayaan alam negeri ini yang disisakan lagi.

Entah bagaimana ceritanya, di Papua ada emas sebesar gunung yang kemudian tiba-tiba menjadi milik Amerika 100%. Indonesia tidak dapat apa-apa kecuali remah-remah roti buat para pejabatnya yang konon semakin kaya saja.

International Nickel tiba-tiba berhasil mendapatkan hak eksklusif di Sulawesi. Harta terpendam bangsa Indonesia itu tiba-tiba jadi milik asing, kita tidak disisakan sedikit pun.

Alcoa juga mendapat jatah yang lain, yaitu hak untuk menjarah hasil alam Indonesia berupa bauksit.

Weyerhaeuser, International Paper, Biose Cascade dan perusahaan kayu dari Jepang, Korea, dan Pilipina menebangi kayu-kayu di hutang Kalimantan, Sumatera, dan Irian.

Namun hadiah terbesar adalah minyak bumi. Pada tahun 1969, 23 perusahaan minyak telah mengajukan proposal untuk mendapatkan hak melakukan eksplorasi, eksploitasi dan menjual minyak di bawah laut perairan Indonesia. Dari 23 perusahaan itu, 19 di antaranya perusahaan Amerika.

Mental Terjajah

Semua kegagalan bangsa di atas berikut kebangkrutannya itu, tidak akan terjadi kalau mental bangsa ini, termasuk penguasanya, tidak terjajah. Tetapi sayangnya, itulah realita mental kita dan juga mental para penguasa kita. Tidak berani bilang tidak, ketika dipaksa-paksa bilang iya.

Sebagai perbandingan, tidak ada salahnya kalau kita melirik tetangga kanan kiri. Beberapa negara miskin lainnya sebenarnya bernasib tidak jauh beda dengan kita. Bedanya, mereka tidak terlalu lama tidur, ada waktunya mereka bangkit dan menegakkan kepala, lalu bilang kepada para penjarah internasional itu sebuah kata tegas: TIDAK!!!.

Malaysia

Malaysia kini telah bangkit perekonomiannya, setelah sebelumnya mau di-Indonesia-kan. Pak Mahathir, lepas dari urusan politik dalam negerina, boleh dibilang sangat banyak jasanya dan patut dicontoh untuk urusan menolak penjarahan asing.

Malaysia patut ditiru ketika mereka tidak mau tunduk kepada dukun palsu IMF, World Bank atau WTO, bahkan termasuk Soros, si lintah darat itu. Dan hasilnya luar biasa.

Angka kemiskinan menurun drastis dari 25% hingga kini tinggal 5%. Penghasilan perkapita meninggak tiga kali lipat. Kini sekitar 10 ribu dolar. Industri dalam negeri mereka maju. Bahkan sudah punya produk mobil nasioal yang 100% murni, bukan seperti kita yang konon namanya mobil nasional, ternyata turun dari kapal sudah bisa hidup mesinnya.

Bolivia

Setelah menasionalisasi semua aset negara, pendapatan Bolivia di tahun 2006 melonjak 6 kali dari sebelumnya di tahun 2002.

Akhirnya para penguasa negeri di Amerika Latin itu bangun dari tidurnya. Mereka menyadari betapa selama ini mereka dikibuli habis-habisan oleh penjarah dari Amerika dan negeri asing lainnya.

Akhinya dengan semua keberanian dan kelelakian, semua perusahaan asing yang bercokol di negeri itu, seperti Exxon Mobile, Total milik Perancis, Repsol milik Spanyol, termasuk British Petrolium dan lainnya hanya diberi pilihan, ikut aturan baru mereka atau silahkan pulang kampung.

Maka perusahaan asing itu tidak bisa bilang apa-apa. Mereka tahu siapa yang jadi bos: Whos The Boss. Ternyata bukan mereka tapi penguasa negeri itu yang jadi bos. Mereka harus taat, patuh dan tunduk kepada kebijakan jantan penguasa negeri itu, kalau masih mau hidup. Luar biasa bukan?

Ecuador

Yang juga perlu ditiru adalah tindakan berani Presiden Ecuador, Rafael Careera, yang tidak memperpanjang kontrak pangkalan militer Amerika di Manta tahun 2009.

Perhatikan syarat yang diajukan pak Careera itu. Kalau Amerika masih mau berpangkalan militer di Ecuador, silahkan saja. Asalkan Amerika juga harus rela wilayah negerinya juga dijadikan pangkalan militer Ecuador di Miami, wilayah Amerika Serikat.

Jadi seimbang, sederajat, setara dan resiprokal. Tidak berat sebelah sebagaimana kebijakan para peabat kita yang membolehkan militer Singapura masuk ke wilayah kedaulatan kita.

Asal tahu saja, negara kita telah menandatangani perjanjian sangat tidak seimbang dengan Singapura, sehingga tentara negeri agen Zionis itu bebas main perang-perangan dengan peluru tajam di Indonesia, seperti Wilayah Alfa I, Alfa II, Bravo, dan Baturaja. Bahkan dibolehkan mengundang pihak ketiga dari negara lain. Gila kan?

Apa Kabar Presiden Kita?

Jadi kalau kita mau pilih Presiden lagi nanti, itu pun kalau masih mau, satu saja syaratnya. Apakah si calon presiden itu berani bilang TIDAK kepada Amerika dan penjajah asing? Beranikah dia mengusir pergi semua perusahaan asing yang kerja menjarah itu? Beranikah dia bubarkan mafia Berkeley di pemerintahannya?

Apa pun janji-janji gombalnya, selama masih membungkuk-bungkuk dan mencium jempol kaki Amerika yang bau itu, percuma saja kita punya pemerintahan baru. Kita hanya akan kejeblos di lubang yang sama. Apesnya, bukan untuk yang kedua kalinya, tapi untuk yang kesekian kalinya. Kebodohan yang selalu saja berulang. Bodoh atau memang gila, agak kurang jelas memang.

Menggebuk FPI: Order Pihak Asing

Kalau sekarang FPI lagi digebuki, diprovokasi, lalu pecah bentrok, kemudian ditangkapi, jelas sekali semua itu adalah order dari pihak asing. Jelas ada banyak kepentingan di dalamnya. Mulai dari masalah Ahmadiyah yang memang sangat dilindungi oleh zionis dan Amerika, hingga urusan ketaatan para penguasa terhadap penguasa asing.

Bahkan yang paling menyedihkan, order itu masuk juga ke pihak media di negeri ini. Ingat-ingatlah, sejak kejadian Ahad di Monas pekan lalu, nyaris semua TV nasional di negeri ini secara ijma'' dan muttafaqun alaihi, kompak, se-iya sekata, untuk menyalah-nyalahkan FPI.

Siapa saja yang menonton TV selama sepekan ini, kalau otaknya kurang cerdas akan berkesimpulan sederhana: Pokoknya FPI itu biang kerok, pokoknya FPI itu harus dibubarkan, pokoknya aktifisnya harus ditangkap. Dan seribu pokoknya yang lain.

Padahal sangat jelas semua itu pesanan asing. Dan yang paling konyol serta menyakitkan hati, masih ada saja oknum dari bangsa kita sendiri yang mau-maunya diperintah melakukan kekejian hanya sekedar membuktikan bahwa dirinya adalah anjing yang setia kepada tuannya. Naudzubillah tsumma naudzu billah.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Read More......

Pemimpin yang Takut kepada Pihak Asing

Pemimpin yang Takut kepada Pihak Asing

Assalamualaikum wr. wb

Pak ustadz yang budiman, berkenaan dengan keadaan terakhir bangsa ini, di mana pemerintah seenaknya menaikkan BBM, membiarkan ahmadiyah, menangkapi lasykar dan pimpinan FPI, menghancurkan kampus-kampus, menjual 44 BUMN, dan kebobrokan lainya.

Pertanyaan saya, bagaimana kami sebagai rakyat kecil yang merasa terzalimi harus bersikap? Apakah mereka didikte oleh kekuatan asing? Apakah mereka takut berhadapan dengan kekuatan asing itu?

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih pak ustadz mau menjawab.

Wassalamualaikum wr.wb

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Tekanan pihak asing pada semua kebijakan pemerintahan kita tidak hanya terjadi pada hari ini. Tekanan ini adalah bagian utuh dari rangkaian pola dan modus penjajahan (kolonialisme) asing terhadap negeri Islam yang belum selesai-selesai juga sampai sekarang.

Kalau kita berpikir bahwa tanggal 17 Agustus 1945 kita sudah sepenuhnya merdeka, maka silahkan kecewa. Karena kenyataannya, kemerdekaan itu tidak bulat seutuhnya. Kemerdekaan itu hanya pada tataran formal dan juridis saja. Bedak dan lipstiknya memang merdeka. Tapi isi perutnya masih saja terjajah. Ya, pada hakikatnya negeri kita tercinta ini masih dijajah.

Hanya modusnya memang beda. Belanda dan kekuatan asing itu memang hengkang secara fisik dari negeri ini. Tidak ada tentara asing berkeliaran di negeri kita. Secara formal kita punya bendera, lagu kebangsaan, batas wilayah, bahkan punya pemerintahan.

Tapi,

Apalah artinya semua itu kalau mentalitas para penguasanya hanya boneka dan budak yang kerjanya setiap hari membungkukkan badannya kepada kekuatan asing itu?

Apalah artinya lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan kalau para pejabatnya sibuk menjual semua asset bangsa?

Kelemahan kita pada hakikatnya pada mentalitas sebagian penguasa lokal, yang entah bagaimana caranya, seolah bekerja demi kepentingan asing. Entah apa motivasinya, apakah takut, ataukah karena memang mentalnya mental inlander. Rasanya, alasan kedua ini yang lebih dominan.

Mentalitas Inlander

Kalau kita kembali kepada sejarah bangsa ini, sejak awal mula penjajahan ketika dahulu VOC masuk dan merampas kekayaan alam lewat permainan dagang yang curang, kita sudah menyaksikan banyak pihak yang bermental inlander ini.

VOC tidak akan ''sukses'' menjajah negeri ini kalau tidak dibantu oleh para pamong dan penguasa lokal yang ikut memberi jalan masuk bagi para penjarah, demi sekedar mendapat keuntungan yang sangat kecil.

Belanda tidak akan menjajah kita sampai 3, 5 abad kalau tidak karena adanya kacung-kacung lokal yang mau saja diperdaya, diperalat dan dijadikan kaki tangan penjajah. Mereka, para kacung itu, memang dibutuhkan, bahkan kalau perlu diternakkan, agar nantinya siap bermitra dengan para penjarah.

Setidaknya menjadi jaminan atas langgengnya upaya kecurangan para penjajah. Mental-mental semacam inilah yang hari ini terjadi lagi sebagai pengulangan sejarah.

Memang benar dahulu kita punya pemimpin besar sekelas Bung Karno yang masyhur dengan jargonnya, "Go to hell with your aid." Tapi pada akhirnya dia malah terjungkal oleh konspirasi kekuatan asing.

Mafia Berkeley

Salah satu sumber masalah buat negeri kita ini adalah adanya mafia di level para penentu kebijakan poitik dan ekonomi. Di antaranya yang disebut dengan mafia Berkeley.

Mafia ini memang diciptakan oleh para penjarah di Amerika berupa pusat pendidikan dan perguruan tinggi. Antara lain Universitas Berkeley, Cornell, MIT (Massachusette Institute of Technology), Harvard dan lainnya. Berbagai perguruan tinggi yang menjadi favorite ini ternyata merupakan sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal. Termasuk menjadi pusat untuk meng-Amerika-kan para mahasiswa yang datang ke negeri itu (termasuk Indonesia) dan menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangan Amerika yang setia.

Bahkan sebenarnya menurut David Ransom, bebagai perguruan tinggi itu pada hakikatnya hanya kedok saja. Isinya tidak lain adalah wadah bagi CIA untuk melakukan cuci otak. Luar biasa bukan?

Para mahasiswa jebolan Berkeley dan yang lainnya, setelah mendapat gelar Phd dan sejenisnya, kemudian pulang negeri kita dan berkerumun di sekitar pusat kekuasaan dan menguasai berbagai Fakultas Ekonomi. Tujuannya, selain menjadi penyambung lidah Amerika, memelintir cara berpikir bangsa, juga mengambil alih kebijasanaan negara dalam masalah ekonomi.

Mafia ini kemudian duduk menjadi pejabat yang paling menentukan arah langkah kebijakan ekonomi di negeri ini. Semua jabatan menteri di bidang perekonomian dikuasai, siapa pun yang jadi presidennya. Jabatan Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Bapenas, Penanaman Modal Asing, Menteri Perindustrian, Dirjen Pemasaran dan Perdagangan, dan jabatan penting lainnya adalah tempat yang paling strategis untuk menjalankan agenda kolonialisme Amerika modern di negeri kita.

Untuk itu, semua pejabatnya harus orang-orang yang sangat mengabdi buat kepentingan Amerika, setidaknya harus sudah dicuci otaknya di berbagai perguruan tinggi di negeri Paman Sam itu.

Sebagian pengamat mengatakan bahwa Istilah PELITA dan REPELITA yang akrab di telinga kita sejak masa rezim Soeharto, adalah hasil godokan team ini.

Keberadaan mafia Berkeley ini merupakan bentuk implementasi dari ungkapan Ricahrd Nixon, Presiden Amerika di tahun 1967 tentang Indonesia yang sedang dinikmati hasil jarahannya. Nixon mengatakan bahwa Indonesia adalah "The Greates Prize", Indonesia adalah anugerah terbesar buat Amerika.

Anugerah?

Ya, anugerah yang terbesar untuk dijarah, karena tanpa perlawanan apapun, tanpa repot mengirim pasukan, tanpa ba dan bu, para pejabatnya siap mempersembahkan semua kekayaan alam kepada kepentingan komprador negeri Paman Sam itu. Termasuk pada akhirnya mengobral murah 44 BUMN yang dengan susah payah dibangun oleh putera puteri terbaik bangsa ini.

Prestasi mafia ini memang luas biasa. Salah satu jerih payah mereka antara lain adalah kontrak-kontrak kerja yang sangat merugikan bangsa. Nyaris tidak ada kekayaan alam negeri ini yang disisakan lagi.

Entah bagaimana ceritanya, di Papua ada emas sebesar gunung yang kemudian tiba-tiba menjadi milik Amerika 100%. Indonesia tidak dapat apa-apa kecuali remah-remah roti buat para pejabatnya yang konon semakin kaya saja.

International Nickel tiba-tiba berhasil mendapatkan hak eksklusif di Sulawesi. Harta terpendam bangsa Indonesia itu tiba-tiba jadi milik asing, kita tidak disisakan sedikit pun.

Alcoa juga mendapat jatah yang lain, yaitu hak untuk menjarah hasil alam Indonesia berupa bauksit.

Weyerhaeuser, International Paper, Biose Cascade dan perusahaan kayu dari Jepang, Korea, dan Pilipina menebangi kayu-kayu di hutang Kalimantan, Sumatera, dan Irian.

Namun hadiah terbesar adalah minyak bumi. Pada tahun 1969, 23 perusahaan minyak telah mengajukan proposal untuk mendapatkan hak melakukan eksplorasi, eksploitasi dan menjual minyak di bawah laut perairan Indonesia. Dari 23 perusahaan itu, 19 di antaranya perusahaan Amerika.

Mental Terjajah

Semua kegagalan bangsa di atas berikut kebangkrutannya itu, tidak akan terjadi kalau mental bangsa ini, termasuk penguasanya, tidak terjajah. Tetapi sayangnya, itulah realita mental kita dan juga mental para penguasa kita. Tidak berani bilang tidak, ketika dipaksa-paksa bilang iya.

Sebagai perbandingan, tidak ada salahnya kalau kita melirik tetangga kanan kiri. Beberapa negara miskin lainnya sebenarnya bernasib tidak jauh beda dengan kita. Bedanya, mereka tidak terlalu lama tidur, ada waktunya mereka bangkit dan menegakkan kepala, lalu bilang kepada para penjarah internasional itu sebuah kata tegas: TIDAK!!!.

Malaysia

Malaysia kini telah bangkit perekonomiannya, setelah sebelumnya mau di-Indonesia-kan. Pak Mahathir, lepas dari urusan politik dalam negerina, boleh dibilang sangat banyak jasanya dan patut dicontoh untuk urusan menolak penjarahan asing.

Malaysia patut ditiru ketika mereka tidak mau tunduk kepada dukun palsu IMF, World Bank atau WTO, bahkan termasuk Soros, si lintah darat itu. Dan hasilnya luar biasa.

Angka kemiskinan menurun drastis dari 25% hingga kini tinggal 5%. Penghasilan perkapita meninggak tiga kali lipat. Kini sekitar 10 ribu dolar. Industri dalam negeri mereka maju. Bahkan sudah punya produk mobil nasioal yang 100% murni, bukan seperti kita yang konon namanya mobil nasional, ternyata turun dari kapal sudah bisa hidup mesinnya.

Bolivia

Setelah menasionalisasi semua aset negara, pendapatan Bolivia di tahun 2006 melonjak 6 kali dari sebelumnya di tahun 2002.

Akhirnya para penguasa negeri di Amerika Latin itu bangun dari tidurnya. Mereka menyadari betapa selama ini mereka dikibuli habis-habisan oleh penjarah dari Amerika dan negeri asing lainnya.

Akhinya dengan semua keberanian dan kelelakian, semua perusahaan asing yang bercokol di negeri itu, seperti Exxon Mobile, Total milik Perancis, Repsol milik Spanyol, termasuk British Petrolium dan lainnya hanya diberi pilihan, ikut aturan baru mereka atau silahkan pulang kampung.

Maka perusahaan asing itu tidak bisa bilang apa-apa. Mereka tahu siapa yang jadi bos: Whos The Boss. Ternyata bukan mereka tapi penguasa negeri itu yang jadi bos. Mereka harus taat, patuh dan tunduk kepada kebijakan jantan penguasa negeri itu, kalau masih mau hidup. Luar biasa bukan?

Ecuador

Yang juga perlu ditiru adalah tindakan berani Presiden Ecuador, Rafael Careera, yang tidak memperpanjang kontrak pangkalan militer Amerika di Manta tahun 2009.

Perhatikan syarat yang diajukan pak Careera itu. Kalau Amerika masih mau berpangkalan militer di Ecuador, silahkan saja. Asalkan Amerika juga harus rela wilayah negerinya juga dijadikan pangkalan militer Ecuador di Miami, wilayah Amerika Serikat.

Jadi seimbang, sederajat, setara dan resiprokal. Tidak berat sebelah sebagaimana kebijakan para peabat kita yang membolehkan militer Singapura masuk ke wilayah kedaulatan kita.

Asal tahu saja, negara kita telah menandatangani perjanjian sangat tidak seimbang dengan Singapura, sehingga tentara negeri agen Zionis itu bebas main perang-perangan dengan peluru tajam di Indonesia, seperti Wilayah Alfa I, Alfa II, Bravo, dan Baturaja. Bahkan dibolehkan mengundang pihak ketiga dari negara lain. Gila kan?

Apa Kabar Presiden Kita?

Jadi kalau kita mau pilih Presiden lagi nanti, itu pun kalau masih mau, satu saja syaratnya. Apakah si calon presiden itu berani bilang TIDAK kepada Amerika dan penjajah asing? Beranikah dia mengusir pergi semua perusahaan asing yang kerja menjarah itu? Beranikah dia bubarkan mafia Berkeley di pemerintahannya?

Apa pun janji-janji gombalnya, selama masih membungkuk-bungkuk dan mencium jempol kaki Amerika yang bau itu, percuma saja kita punya pemerintahan baru. Kita hanya akan kejeblos di lubang yang sama. Apesnya, bukan untuk yang kedua kalinya, tapi untuk yang kesekian kalinya. Kebodohan yang selalu saja berulang. Bodoh atau memang gila, agak kurang jelas memang.

Menggebuk FPI: Order Pihak Asing

Kalau sekarang FPI lagi digebuki, diprovokasi, lalu pecah bentrok, kemudian ditangkapi, jelas sekali semua itu adalah order dari pihak asing. Jelas ada banyak kepentingan di dalamnya. Mulai dari masalah Ahmadiyah yang memang sangat dilindungi oleh zionis dan Amerika, hingga urusan ketaatan para penguasa terhadap penguasa asing.

Bahkan yang paling menyedihkan, order itu masuk juga ke pihak media di negeri ini. Ingat-ingatlah, sejak kejadian Ahad di Monas pekan lalu, nyaris semua TV nasional di negeri ini secara ijma'' dan muttafaqun alaihi, kompak, se-iya sekata, untuk menyalah-nyalahkan FPI.

Siapa saja yang menonton TV selama sepekan ini, kalau otaknya kurang cerdas akan berkesimpulan sederhana: Pokoknya FPI itu biang kerok, pokoknya FPI itu harus dibubarkan, pokoknya aktifisnya harus ditangkap. Dan seribu pokoknya yang lain.

Padahal sangat jelas semua itu pesanan asing. Dan yang paling konyol serta menyakitkan hati, masih ada saja oknum dari bangsa kita sendiri yang mau-maunya diperintah melakukan kekejian hanya sekedar membuktikan bahwa dirinya adalah anjing yang setia kepada tuannya. Naudzubillah tsumma naudzu billah.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Read More......

Sabtu, 14 Maret 2009

Hotel dan Restoran

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT PENGINAPAN, JUMLAH KAMAR DAN JARAK DARI IBUKOTA DI KABUPATEN PELALAWAN

Hotel Unigraha
Jl. Lintas Timur P. Kerinci
Telp. 0761 95529, 95725, 95555
Fax 0761 95666
Jumlah Kamar 111


Hotel Dika Raya
Jl. Lintas Timur No.245
Telp. 0761 95024, 95192
Jumlah Kamar 50


Intan Bersaudara
Jl. Dahlia, P. Kerinci
Telp. 0761 95895
Jumalah Kamar 18


Yenna Bersaudara
Jl. Lintas Timur No.75
Telp. 0761 493006
Jumlah Kamar 25


Wisma Dinda
Jl. Lintas Timur, P. Kerinci
Telp. 0761 493382
Jumalah Kamar 12


Penginapan Simpang Empat
Jl. Lintas Timur, P. Kerinci
Jumlah Kamar 11


Wisma Sardela Jaya
Jl. Pertamina Sorek Satu, Kecamatan Pangkalan Kuras
Jumlah Kamar 10

Penginapan Cipto
Teluk Dalam Kecamatan K. Kampar
Jumlah Kamar 10


Penginapan Roma
Teluk Dalam Kecamatan K. Kampar
Jumlah Kamar 15

Hotel Meranti
Jl. Lintas Timur, P. Kerinci
Jumlah Kamar 16



Hotel Fanbinari
Jl. Lintas Timur Pangkalan Kerinci
Jumlah Kamar 25

Hotel Aini
Jl. Lintas Timur Pangkalan Kerinci
Jumlah Kamar 20

Read More......

Jumat, 13 Maret 2009

Kiat Agar Dapat Melakukan Shalat Tahajjud

Kiat Agar Dapat Melakukan Shalat Tahajjud

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Ada beberapa kiat yang dapat membantu seseorang untuk bangun di malam hari guna melakukan shalat Tahajjud. Di antaranya adalah.

[1]. Mengetahui keutamaan shalat Tahajjud dan kedudukan orang yang melakukannya di sisi Allah Ta’ala serta segala apa yang disediakan baginya berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat, bagi mereka disediakan Surga.

Allah Ta’ala bersaksi terhadap mereka dengan kesempurnaan iman, dan tidak sama antara mereka dengan orang-orang yang tidak mengetahui. Shalat Tahajjud sebagai sebab masuk ke dalam Surga, ditinggikannya derajat di dalamnya, dan shalat Tahajjud merupakan sifat hamba-hamba Allah yang shalih serta kemuliaan bagi seorang Mukmin.

[2]. Mengetahui perangkap syaitan dan usahanya agar manusia tidak melakukan shalat malam.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai seorang laki-laki yang tidur hingga datang waktu fajar,

"Itulah seseorang yang syaitan telah kencing di telinganya -atau beliau bersabda- di kedua telinganya.” [1]

‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma mengatakan, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda

"Wahai ‘Abdullah, jangan kamu menjadi seperti si fulan, dahulu ia biasa melakukan shalat malam, kemudian meninggalkannya” [2]

[3]. Memendekkan angan-angan dan banyak mengingat mati.

Hal ini dapat memberi semangat untuk beramal dan dapat menghilangkan rasa malas, berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau orang yang sedang menyeberangi jalan.”

Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengatakan, “Apabila berada di pagi hari, janganlah engkau menunggu waktu sore.
Dan apabila berada di sore hari, janganlah engkau menunggu waktu pagi. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan pergunakan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu.” [3]

[4]. Tidur di awal malam agar memperoleh kekuatan dan semangat yang dapat membantu untuk melakukan shalat Tahajjud dan shalat Shubuh.

Hal ini berdasarkan hadits Abu Barzah radhiyallaahu ‘anhu.

“Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.”[4]

[5]. Mempergunakan kesehatan dan waktu luang (dengan melakukan amal shalih) agar pahala kebaikannya tetap ditulis pada saat ia sakit atau sedang safar.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

"Apabila seorang hamba sakit atau safar, ditulislah baginya pahala perbuatan yang biasa ia lakukan ketika mukim dan sehat.” [5]

Maka orang yang berakal hendaklah tidak terluput dari keutamaan yang agung ini. Hendaklah ia melakukan shalat Tahajjud ketika sedang sehat dan memiliki waktu luang serta melakukan berbagai amal shalih sehingga ditulislah pahala baginya apabila ia lemah atau sibuk dari melakukan amal kebaikan yang biasa ia lakukan.

[6]. Bersungguh-sungguh mengamalkan adab-adab sebelum tidur.

Yaitu, dengan tidur dalam keadaan suci, apabila masih mempunyai hadats hendaklah ia berwudhu’ dan shalat sunnah dua raka’at, membaca dzikir sebelum tidur, mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu ditiupkan serta dibacakan padanya surat al-Ikhlaash, al-Falaaq, dan an-Naas. Kemudian usaplah dengan kedua tangannya itu seluruh anggota badan yang dapat dijangkaunya (lakukan hal ini tiga kali). Jangan lupa juga membaca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, dan membaca do’a sebelum tidur. Dia juga harus melakukan berbagai sebab yang dapat membangunkannya untuk shalat, seperti meletakkan jam weker di dekat kepalanya atau dengan berpesan kepada keluarganya atau temannya atau tetangganya untuk membangunkannya.

[7]. Memperhatikan sejumlah sebab yang dapat membantu untuk melakukan shalat Tahajjud.

Yaitu, dengan tidak terlalu banyak makan, tidak membuat badannya lelah dengan melakukan pekerjaan yang tidak bermanfaat, bahkan seharusnya ia mengatur pekerjaannya yang bermanfaat, tidak meninggalkan tidur siang karena itu dapat membantu bangun di malam hari, dan menjauhi dosa dan maksiyat. Disebutkan dari Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah beliau berkata, “Selama lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku lakukan.” [6]

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 1144, 3270) dan Muslim (no. 774), dari Shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 1152) dan Muslim (no. 1159 (187)).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6416), Ahmad (II/24, 132), at-Tirmidzi (no. 2333), Ibnu Majah (no. 4114), dan al-Baihaqi (III/369).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 568) dan Muslim (no. 461), lafazh ini milik al-Bukhari.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2996), dari Shahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu
[6]. Lihat kitab Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu wal Asbaabul Mui’iinatu ‘alaihi fii Dhau-il Kitaabi was Sunnah (hal. 50-58).

Read More......

Caleg PKS DPR RI

Bakal Calon Anggota DPR-RI

Nama Daerah No Nama
Nangroe Aceh Darussalam - 01
1 M. Nasir Djamil (L) Komisi II (A-240)
2 Muhammad Ihsan. (L)
3 Hayati (P)
4 Muhammad Rizal (L)
5 Sholihin (L)
6 Andi Qadariah S. (P)
7 M. Ferous (L)
8 Munandar (L)

Nangroe Aceh Darussalam - 02
1 Raihan Iskandar, Lc (L)
2 Andi Salahuddin, SE (L) Komisi IX (A-241)
3 Suryani, S.Si (P)
4 Azhar, MT (L)
5 M. Ghufron Harun (L)
6 Sutrinawati (P)
7 Yiyie Hissiyah (P)

Sumatera Utara - 01
1 Tifatul Sembiring (L)
2 Muhammad Idris Luthfi, Drs., M.Sc (L) Komisi VII (A-242)
3 Ir. Kusuma Dewi Dali Munthe, M.Eng (P)
4 Tarjo, ST (L)
5 Suriya Aifan, SH (L)
6 Dr. Olivia Rizkana Rosyada. (P)
7 Drs. H. Zakaria Rasyidi (L)
8 Mar’atussholihah, Lc (P)
9 Hesti Mardiani, M.Ag (P)
10 Irman Deni (L)

Sumatera Utara - 02
1 Iskan Qolba Lubis, Lc.,MA (L)
2 Yusri Efendi Lubis, MM (L)
3 Hanni Sarihati Siregar (P)
4 Porkas Halomoan Rangkuti, SS (L)
5 Doli Indra Harahap (L)
6 Ummi Kalsum, SS (P)

Sumatera Utara - 03
1 Ansory Siregar, Lc (L) Komisi IX (A-243)
2 Hidayani Fazriah Sitompul, Dr. (P)
3 Saut Maruli Tua Saragih Munthe (L)
4 Fitri Harahap, MH (P)
5 Yose Rizal Geneng (L)
6 Annio Indah Lestari, M.Si (P)
7 Rico Marbun (L)
8 Hamzah Sinaga, S.Sos (L)

Sumatera Barat - 01
1 Irwan Prayitno, DR (L) Komisi VII (A-244)
2 Hermanto, SE (L)
3 Drs. Syaurium Sy. Khathib, H (L)
4 Deri Permatasari, SH (P)
5 Muhammad Taufik, S.Si (L)
6 Desi Asriani, S.Pt, M.Pd (P)
7 Irsyal Ismail (L)
8 Enita Marsa (P)
9 Amdiar Amir (L)

Sumatera Barat - 02
1 Refrizal, Drs (L) Komisi VI (A-245)
2 Ferry Nur, S.Si (L)
3 Erina (P)
4 Rusdi Muchtar (L)
5 Elvina Mustafa (P)
6 DR. Saiful Sofyan (L)
7 Susi Yemita, S.Si, Apt (P)

Riau - 01
1 Chairul Anwar, Drs., Apt. (L) Komisi IX (A-246)
2 Veny Zano (L)
3 Aida Malikha, S.Psi (P)
4 Alfaisal Jayuska (L)
5 Ir. H. Abdul Ghafar (L)
6 Ir. H. Erwandy Saleh, MM (L)

Riau - 02
1 Abdul Jabbar, MA (L)
2 Hidayat Rohim (L)
3 Ir. H. Arkeno (L)
4 Asih Drajad Lumintu, S.Pd (P)
5 Tyas Soekarsono Utomo, Dr. (L)

Sumatera Selatan - 01
1 Musthafa Kamal (L) Komisi IX (A-248)
2 HM Yunus (L)
3 Sri Vira Candra (P)
4 H.M. Emnis Anwar, Lc. MA (L)
5 Hj. Eliza Purwita Sari (P)
6 Mohamad Rayan, B.Com, M.Ec (L)
7 Febriansyah (L)
8 M. Lili Nur Aulia S.Ag (L)

Sumatera Selatan - 02
1 Bukhori Yusuf, MA (L)
2 Hj. Dewi Azka (P)
3 Prof. Ir. H. Bukhori Rahman (L)
4 M. Darocky Willynova (L)
5 Muhammad Hermawan Eriadi, Msi (L)
6 Hj. Emmy Ryana Waspodo (P)
7 Drs. H. Muzammil Ibrahim (L)
8 Dakir Sukaryo (L)
9 Marwiyah (P)
10 Junaidi Syahputra (L)

Bengkulu - 01
1 Drs. H. Syahfan Badri Sampurno (L)
2 Ir. Ridha (P)
3 Erniwati, SE (P)
4 Suharman (L)
Lampung - 01 1 Almuzzammil Yusuf (L) Komisi III (A-249)
2 Agus Nurhadi, DR (L)
3 Dessy Efiani, Hj. (P)
4 Murdiansyah (L)
5 Rahmawati. (P)
6 Husna Hidayati (P)
7 Abdul Kadir (L)
8 M. Nazir Hasan (L)
9 Hananto Pratikno (L)
10 Deden Wahyudi (L)

Lampung - 02
1 Abdul Hakim, Ir. MM (L) Komisi V (A-250)
2 Kingkin Anida (P)
3 Basuki Waluyo (L)
4 Komaratul Kurniati (P)
5 H. Dadang Suwandi, SE (L)
6 Ir. Untung Ibrahim Aziz, MM (L)
7 Drs. Isman Harianto (L)
8 Siti Asma, Hj (P)
9 Effendi Husein, Drs (L)
10 Hilmuddin Sulani, Lc (L)
11 Agus Wibowo (L)

Bangka Belitung - 01
1 Syahidil, Ir (L)
2 Iie Sumirat (L)
3 Silvia Emilia (P)

Kepulauan Riau - 01
1 Ruly Tisna Yuliansa, Ir. (L)
1 Herlini Amran, MA. (1) (P)
2 Janawir, dr (L)
2 Sa'id Iqbal (L)
3 Khusnul Inayati (P)
3 Desy (P)
4 Suryadi, Lc.S.Ag (L)
5 Rina Novita, Amd (P)
6 Drs. Abu Mandaha (L)

DKI Jakarta - 01
1 Ahmad Zainuddin, Lc.,H. (L)
2 Rama Pratama, SE., Ak. (L) Komisi XI (A-253)
3 Suzy Mardiani, Dra. (P)
4 Abdul Muiz Saadih, Lc. (L)
5 Agung Yulianto, Ak. (L)
6 Anis Byarwati, S.Ag.,M.Si.,Hj (P)
7 Ali Ahmadi, MA (L)

DKI Jakarta - 02
1 M. Sohibul Iman, DR. (L)
2 Akhmad Faradis, Ir. (L)
3 Nursanita Nasution, Dr. (P) Komisi XI (A-252)
4 Fitra Arsil, SH.,MH. (L)
5 Haekal Jauhari, M.Sc.,Dipl.Ing. (L)
6 Evi Risnayanti, SH (P)
7 Abdullah Haidir, MA (L)

DKI Jakarta - 03
1 Adang Daradjatun, Drs.,H (L)
2 Achmad Rilyadi, SE (L)
3 Wirianingsih, Dra. (P)
4 Taufik Ramlan Wijaya, Msc,.Ir .,DR (L)
5 Eka Wadiarti, M.Si.,Dra. (P)
6 Samin Barkah, Lc.,H. (L)
7 Oviyati Shobriyah, SH (P)
8 Idrus, Ir (L)
Jawa Barat - 01 1 Suharna Surapranata, MT.,Drs.,H. (L)
2 Ledia Hanifa Amaliah, SSi.,MPsi.T (P)
3 dr. Adang Sudrajat, Dr.,MM.AV.,H (L)
4 Setiadi Yazid (L)
5 Zirly Nova Jamil (P)
6 Saiful Islam, MA (L)
7 Asep Wawan (L)
8 Arif Minardi, Ir (L)

Jawa Barat - 02
1 Ma'mur Hasanuddin, MA., H. (L) Komisi VIII (A-257)
2 Dumilah Ayuningtyas, Mars.,Dra. (P)
3 Husein Al Banjari (L)
4 Sigit Pramono, SE.,Ak., M.Sc (L)
5 Joko Sarwono (L)
6 Achmad Nuryasin, S.E.,Ak.,M.M. (L)
7 Neneng Fathonah (P)
8 Agus Kusnayat, ST.,MT (L)
9 Mimin Aminah (P)
10 Jajang Rohana (P)
11 Ayi Khodijah (P)
12 Bambang Nugraha (L)

Jawa Barat - 03
1 Untung Wahono, Ir. (L) Komisi I (A-259)
2 Ahmad Mabruri Mei Akbari, S.Sos.,MM (L)
3 Ana Mariani Kartasasmita, SH.,MSi (P)
4 Ecki Awal Mucharam, SE.,H (L)
5 Jalaluddin Syatibi, Drs. (L) Komisi VIII (A-258)
6 Nenah Haryati, S.Sos. (P)
7 Boy Firmansyah (L)
8 Evi Kurniasih (P)
9 Karantiano S. Putra, MM.,M.Pd.,Drs (L)
10 Syachrul Arief (L)

Jawa Barat - 04
1 Yudi Widiana Adia, M.SI.,Ir. (L)
2 Achyar Eldin, SE (L)
3 Primanita Sukmawijaya (P)
4 Budi Muhammad (L)
5 Asep Burhanudin, Lc (L)
6 Ratih Nilam Widyani (P)
7 Sugeng (L)

Jawa Barat - 05
1 Sunmanjaya Rukmandis, H (L)
2 Muhammad Razikun, Ak., DR. (L)
3 Sarah Handayani, SKM., M. Kes (P)
4 Muarif, Drs.,H. (L)
5 Sofyan Tsauri, Lc.,KH (L)
6 Hana Rohayani, Dra. (P)
7 Rudi Rahmat, Ir. (L)
8 Taufiq Azhar, DR.. (L)
9 Rina Ningsih, Ir. (P)
10 Tubagus Agus Yusuf (L)

Jawa Barat - 06
1 Mahfudz Abdurahman (L)
2 Musholi, Drs. (L)
3 Sitaresmi S., M.Psi.T.,Dra.,Hj (P)
4 DH Al Yusni, Drs. (L) Komisi VIII (A-262)
5 Sri Endang Handayani (P)
6 Alamsyah Agus, Drs.,H (L)
7 Basril Hendrysman (L)

Jawa Barat - 07
1 Arifinto, Drs. (L)
2 Mardani, Dr. (L)
3 Dwi Septiawati, Dra. (P)
4 Aryo Judhoko, Drs. (L)
5 Basso Rukman Abdul Jihad, Drs (L)
6 A.Najiyulloh, Lc., H (L) Komisi VI (A-263)
7 R. Bagus Suryama Majana, S., S.Psi (L)
8 Iwan A. Fuad (L)
9 Nurul Hidayati (P)
10 Kodar Slamet S.Pd., H (L)

Jawa Barat - 08
1 Mahfudz Sidik, Drs., M.Si (L) Komisi II (A-265)
2 Aan Rohana, M.Ag (P) Komisi X (A-255)
3 Karyatin Subiyantoro, Drs. (L)
4 Iman Santoso, Lc (L)
5 Bakrun Syafei, MA., H. (L)
6 Sri Hana, Dra (P)
7 Sunardi, MMPd., Drs. (L)
8 Muhammad Apud Kusaeri, Dipl, S,Pd.,M.SI (L)
9 Sri Pulungsari, SIP (P)
10 Rusli (L)
11 Rizal Darma Putra, M.Si (L)

Jawa Barat - 09
1 Nur Hasan Zaidi, S.Ag (L)
2 Wahyudin Munawir, Ir (L) Komisi VII (A-266)
3 Wira Utama Nurdin (L)
4 Suhartimah (P)
5 Ayon Prasetyawan, M.Sc.,Ir. (L)
6 Adriani (P)
7 Ade Syabul Huda, Lc., H. (L)
8 Tata Nurwita, Drs. (L)
9 Eulis, Hj. (P)
10 Agus Harsanto, Ir (L)

Jawa Barat - 10
1 Surahman Hidayat, Dr. (L)
2 Umung A Sanusi, Lc.,H. (L) Komisi IV (A-267)
3 Sri Martini Sulistiowati, SS (P)
4 Cahya Zaelani, A.Md (L)
5 Handi Al Husein, S.Ag (L)
6 Nenen Mulyani (P)
7 Ita Nurwita (P)
8 Dhadi G. Grajat (L)

Jawa Barat - 11
1 Kemal Stamboel (L)
2 Ade Barkah, Ir.,H. (L)
3 Hilman Rosyad, Lc.,H (L) Komisi I (A-268)
4 Nasdiyanto, H. (L)
5 Hermawan, S.Ag. (L)
6 Kokom Komalasari (P)
7 Nena Herlina, S.IP (P)
8 Yusi Fitri Mardiah (P)
9 Dodi Hermana, M.Si., DR. (L)
10 Elin Rosalin, Spt. (P)

Jawa Tengah - 01
1 Zuber Safawi (L) Komisi X (A-269)
2 Bambang Wirahyoso (L)
3 Dini Inayati, ST (P)
4 Handoyo, SH (L)
5 Wahid Hasyim,Drs., H. (L)
6 Maria Septriana, A.Md (P)
7 Nana Sudiana, S.Sos (L)
8 Ahmad Irfan (L)
9 Bayu Laksana Henditya, dr (L)

Jawa Tengah - 02
1 Abdul Kharis, SE., Ak. (L)
2 Tolhah Bin Nokin, Lc (L)
3 Feni Feristin, S.Pd (P)
4 Imam Nur Aziz, S.Sos.,M.Sc. (L)
5 Muhith Muhammad Ishaq, Lc.,MA. (L)
6 Nurusysyahadah, SP (P)
7 Ulis Tofa Muhammad Ali, Lc (L)

Jawa Tengah - 03
1 H.M. Gamari (L)
2 Muhammad Najib Subroto, SE (L)
3 Siti Aminah, S.Sos (P)
4 Muhammadun Abdul Hamid, Lc.,MA. (L)
5 Ganjar Lestari, SH (P)
6 Nuryati, SE (P)
7 Siti Choiriyah, S.Pd (P)
8 Marsudi Budi Utomo, Dr. (L)
9 Yuni Setiawati, S.KM (P)

Jawa Tengah - 04
1 M. Martri Agoeng, Drs (L)
2 Muhayar Rustamudin (L)
3 Amin Wahyudi ,Drs, MM (L)
4 Wuryanti, MA (P)
5 Pramono, Ak (L)
6 Heri Tomi, SE (L)
7 Dian Savitri, SH (P)
8 Nurul Fitri Isfari, dr. (P)
9 Lely Firli Rohmani, S.Psi (P)

Jawa Tengah - 05
1 M. Hidayat Nur Wahid, DR (L) (A-254)
2 Joko Widodo, Amd (L)
3 Mujiati, SE. Akt, M.Si (P)
4 Haryo Setyoko, SIP., MPA (L)
5 Zaenal Abidin, Drs. (L)
6 Ida Trianawati, dr. (P)
7 Hartono Iggi Putro, S.Sos. (L)
8 KH. Fadlan Adham Hasyim, Lc. (L)

Jawa Tengah - 06
1 Priyatno Edi Kuncoro, SE. (L)
2 Budi Santoso (L)
3 Siti Nur Hayati, S.Ag (P)
4 Muqoddam Kholil, MA.DR. (L)
5 Lasmardi Iswondo (L)
6 Dwi Ambarwati, Hj (P)
7 Dardewantara, A.Md (L)

Jawa Tengah - 07
1 Sugihono, Ir (L)
2 Ardhi Rahman Yusufa Amrullah (L)
3 Nur Chasanah, Hj. (P)
4 Faqih Munandar (L)
5 Sarifatun Fadhilah, SE. (P)
6 Syamsiyah, S.Pd (P)
7 Tuty Kurniawati.A.Md (P)

Jawa Tengah - 08
1 Tossy Aryanto, Ir.,MM. (L)
2 Suwarso, DR (L)
3 Arum Nur Aini, Dra. Hj. (P)
4 Pardan Prasetyo, MPd (L)
5 Suharto B.Wiyono, H,SH,MH (L)
6 Wiwiek Yuning Prapti, Dra . Hj. (P)
7 Darmadi Nugroho Agung (L)
8 Rumanti Agustina,S.Si (P)

Jawa Tengah - 09
1 Suswono, Ir. MMA (L) Komisi IV (A-271)
2 Rohmani, S.Pd (L)
3 Sri Kusnaeni, Ir (P)
4 Abdul Karim Nagib (L)
5 Muniroh, Hj (P)
6 Kuntjoro Pinardi, DR (P)
7 Fakhrudin, SE. (L)
8 Nur Pujiasih, S.Pd (P)

Jawa Tengah - 10
1 Arsul Sani, SH, M.Si (L)
2 Ahmad Hanafi (L)
3 Ainun Mardiyah, dr. (P)
4 Umar Salim, SIP (L)
5 Luwarso, Ir (L)
6 Abdul Syukur (L)
7 Siti Rahmah, SAg (P)
8 Saptadi Imam Santoso, S.Pt (L)

DI Yogyakarta - 01
1 Agus Purnomo (L) Komisi III (A-272)
2 Naharus Surur. dr.,Mkes (L)
3 Dwi Kurnia Handayani, S.Sos (P)
4 Bodi Dewantoro, SH,Mhum (L)
5 RMA Hanafi, Drs (L)
6 Dwi Aprilisasi, S. Si (P)
7 Basuki Abdurahman, Drs, M.Si (L)
8 Habibah, S.Ag (P)

Jawa Timur - 01
1 Sigit Sosiantomo, Ir. (L)
2 Suripto, SH (L) Komisi I (A-273)
3 Iswiyanti Widyawati, dr. (P)
4 Muhammad Sodik, Drs. (L)
5 Adham Asih, S.PSi (L)
6 Syarif Muhtarom (L)
7 Farikh Marzuki, Lc. (L)
8 Rudi Artono, dr. (L)
9 Lisdiyarti (P)
10 Rusli Efendi (L)
11 Ahmad Syukron (L)
12 Lina Ariani (P)

Jawa Timur - 02
1 Misbakhun, Ak (L)
2 M Firdaus, Dr. (L)
3 Ida Rahmawati, Spi (P)
4 Heru Minarno (L)
5 Muhammad Badaruddin, M Sc. (L)
6 Ir. Warsito Edi Yuliantoro (L)
7 Siti Marsiyah, dr. (P)
8 Imam Joko SSi (L)

Jawa Timur - 03
1 Usman Efendi, M Sc. (L)
2 Helmy bin Muhammad bin Djuber (L)
3 Aliyah Shaleh Maziun (P)
4 Widodo (L)
5 Warsidiyanto (L)
6 Lilis Arifiana (P)
7 Imaduddin Jamil (L)
8 Ika Farida Kurniawan (P)
9 Dwi Hardiyanti (P)

Jawa Timur - 04
1 Agoes Kooshartoro, dr, SpPD (L)
2 Gunawan (L)
3 Khairunnisa, ST, MT (P)
4 Syamsul Bahri, M Si. (L)
5 Maryam Laila Maziun (P)
6 Tintin Wihartini Adi Wikarsa (P)
7 Elly Nikmawati (P)

Jawa Timur - 05
1 Luthfi Hasan Ishaaq, MA. (L) Komisi XI (A-274)
2 Budiyanto. M.Eng (L)
3 Maya Novita, Lc., MA. (P)
4 Otto Budihardo, Ak. MM. (L)
5 Ir. Agustina Nurul Hidayati, MT (P)
6 Marsutiawan Aji, ST (L)
7 Yulianti Handayani (P)

Jawa Timur - 06
1 Amin, Ak, MM. (L)
2 Nur Azizah Tamhid, MA. (P)
3 Junef Ismaliyanto (L)
4 Hadin Mukhlison (L)
5 Siti Aminah H. (P)
6 Nurhayati, Dra (P)
7 Dina Heryani, Drh. (P)

Jawa Timur - 07
1 Rofi' Munawar, Lc. (L)
2 Navis Murbiyanto (L)
3 Maryudhi Wahyono (L)
4 Retno Damayanti (P)
5 Abdul Hakim Syafii (L)
6 Mardiono (L)
7 Saiful Wari, Ir. (L)
8 Padma Hadi Santoso, SSi (L)
9 Dwi Wahyu (P)
10 Ririn Anita (P)

Jawa Timur - 08
1 Memed Sosiawan, Ir. (L)
2 Ananto Pratikno (L)
3 Za’imuddin Widjaya As’ad, Dra, Msi (L)
4 Indah Sat Rahmaniati, Drg. (P)
5 Makhsusiati, Dra. (P)
6 Binti Salbiah (P)
7 Nur Aini (P)
8 Triyuwono (L)
9 Hasta Hadiwiguna, SH. (L)
10 Luluk Humaeroh, Amd (P)
11 Afiq Bonafide, ST. (L)
12 Aswin Hadi (L)
13 Heru K. Urniawati (P)

Jawa Timur - 09
1 Taridi, MBA. (L)
2 Ridho Kurniawan (L)
3 Ningrum Agustina (P)
4 Syamsu Kohar, Ir. MM. (L)
5 Ahmad Junidi, Lc (L)
6 Zidni Rahmawati (P)
7 Lila Dwi Rahmawati (P)

Jawa Timur - 10
1 Aunurrofiq Sholeh T, Lc (L)
2 Asfuri Bahri, Lc. (L)
3 Ratri Handayani, SSi (P)
4 M. Azhari Hatim, MA (L)
5 Zuhrotin Niskiyah, S.Ag (P)
6 Ahmad Rofi' Syamsuri (L)

Jawa Timur - 11
1 Sapto Waluyo, Drs, MSc. (L)
2 Budi Hermawan, Ir, Msi. (L)
3 Abdul Aziz Suseno, Ir, MT (L)
4 M. Yasir Zain, ST., MBA (L)
5 Amir Faishol Fath, Dr (L)
6 Siti Nur Aisyah, SE (P)
7 Dian Ika Mujiwati, ST (P)
8 Sri Hidayati (P)

Banten - 01
1 Syamsu Hilal, Ir.,H. (L) Komisi IV (A-256)
2 Oke Setiadi, SKM.,M.Sc. (L)
3 Tini Rochmawati, Lc, Hj (P)
4 Yayat Suhartono, Drs. (L)
5 Emma Ruchaemah (P)
6 Muhsin, S.Sos.I, H. (L)

Banten - 02
1 Zulkiflimansyah, SE., MSc., DR. (L) Komisi VI (A-276)
2 Sadeli Karim, Lc., H (L)
3 Lilis Mahmudah (P)
4 Zaenal Arifin (L)
5 Eti Rusmiati (P)
6 Muhammad Nadjib Soewarno, Ir. (L)
7 Eman Sukirman, S. E. (L)

Banten - 03
1 Yoyoh Yusroh, Dra. (P) Komisi VIII (A-261)
2 Jazuli Juwaini, Lc., MA.,H. (L) Komisi II (A-277)
3 Warsito, Dr.,M.ENG (L)
4 Ahmad Aryandra, Ak.,M.Si (L)
5 Indra, SH (L)
6 Nurul Hidayati K. Ubaya (P)
7 Kamino, Lc. (L)
8 Nirwan Nazaruddin, M.I.S. (L)
9 Nurul Hurriyah, SKM (P)
10 M. Nasir Abdoellah, Lc.,MA (P)
11 Ajisman, DR. (L)

Bali - 01
1 Deni Daruri (L)
2 Ismail Lahji, Lc (L)
3 Ida Ayu Putu Witari (P)
4 I Gusti Agung Gde Eka (L)
5 Turmudzi (L)
6 Andre Simanjuntak (L)
7 Evi Diana Kusumawati (P)
8 Slamet Sugiyono (L)
9 Sri Wahyu Pujiani (P)
10 Mabni Darsi, Lc., MA. (L)
11 Yayuk Herawati (P)

Nusa Tenggara Barat - 01
1 Fahri Hamzah, SE (L) Komisi VI (A-278)
2 Dwi Trijono, SH (L)
3 Sri Ismayati, SE., Ak., M.Si. (P)
4 Hadi Makarim (L)
5 Rahmansyah (L)
6 Wahidah, SE (P)
7 Eko Aprianto, SP (L)
8 Tyas Pratiwi, SE (P)
9 Mardiana (P)

Nusa Tenggara Timur - 01
1 Sugeng Susilo, SE,. Ak (L)
2 Zainuddin Paru, S.H. (L)
3 Amrul Fatimah, SP (P)

Nusa Tenggara Timur - 02
1 H. Sulaiman, SKom (L)
2 Ir. H. Emil M. Djawas, MT. (L)
3 Mailan Sari (P)

Kalimantan Barat - 01
1 H. Rahman Amin (L)
2 Abdullah , S.PdI (L)
3 Dra. Sarmini (P)
4 Ir. H. RSAS. Bambang Mulyadi (L)
5 Muh. Raji, S.Hi (L)
6 Syarifah FadillahAl, S.Pd.M.Pd. (P)
7 Sholehah M. Said, ST. (P)
8 Arba’in, SE (L)
9 Nunung Khusnul Khotimah, SP (P)

Kalimantan Tengah - 01
1 H. Antang Dwi Dasono, Ir (L)
2 Dwi Tribudi Sukarno (L)
3 Endang Hariyanti, Amd. (P)
4 Drs. H. Suriansyah Imas, MM (L)
5 Ana Indriani, S.Pd (P)
6 M. Taufik B. Darus, BBA. (L)

Kalimantan Selatan - 01
1 Habib Aboe Bakar Al Habsyi (L) Komisi V (A-279)
2 Musyaffa Ahmad Rahim (L)
3 Aini Rozhanah, SE (P)
4 Mawardi, Drs., H (L)
5 Drs.Choesnoel Djauhari, SE (L)
6 Ir.Najmatul Khairiah (P)

Kalimantan Selatan - 02
1 Habib Nabiel Fuad Al Musawa, Ir, M.Si . (L)
2 Drs. H. M. Asy'ari ,MA (L)
3 Hayati, S.IP (P)
4 Boy Hamidi (L)
5 Abdul Kadir, S.Ag.,SH (L)
6 Yulianjarwati, S.Si (P)

Kalimantan Timur - 01
1 Aus Hidayat Nur (L)
2 Ahmad Chudori, ST (L) Komisi V (A-280)
3 Purwinahyu, S.Psy., MM (P)
4 Satya Graha (L)
5 Hj. Herminah Junaid, Lc (P)
6 Nur Laili Puspa, S.Pd., MM (P)

Sulawesi Utara - 01
1 Abid Takalamingan (L)
2 H. Kholilullah Ahmas (L)
3 Najmi Puspasari Marasabessy, dr. (P)
4 Djuharmin (L)
5 Muslih Abdul Gani, dr. (L)
6 Marina Limbanadi (P)

Sulawesi Tengah - 01
1 Adhyaksa Dault, Dr. (L)
2 Akbar Zulfakar (L)
3 Rahmawati Ottoluwa, S.Sos (P)
4 Abdul Haris N. Baginda (L)
5 Hj. Syifa Abd. Rauf Sulaeman (P)
6 H. Hasan Bastari, BBA (L)
7 Syarif Edward, SH.,MH (L)

Sulawesi Selatan - 01
1 M. Anis Matta, Lc. (L) Komisi I (A-251)
2 Muhammad Ihsan, S.Ag (L)
3 Trie Sulistiowarni, SH.,SpN. (P)
4 Halim A. Razak, Drs. (L)
5 Andi Maddusila Andi Ijo (L)
6 Nur Rejeki (P)
7 Asmin Amin (L)
8 Abraham Samad (L)
9 Sri Handini Chrisagiati (P)
10 Ahmad Maulana Dg Emba, SE. (L)

Sulawesi Selatan - 02
1 Tamsil Linrung (L) Komisi IV (A-281)
2 Cahyadi Takariawan, Apt. (L)
3 Fadliyah Syamsuddin, Dra. (P)
4 Tajuddin Kammisi (L)
5 M. Nadjib Bustan, Prof. (L)
6 Maya Damayanti (P)
7 Muh. Yahya Rasyid, MH. (L)
8 Tahirah (P)
9 Muzakkir (L)
10 Siti Zaenab Djafar, SH.,MKn (P)
11 Supriadi (L)

Sulawesi Selatan - 03
1 Andi Rahmat, SE (L) Komisi XI (A-282)
2 Mudzakkir Arif, MA. (L)
3 Irmawati Tahir (P)
4 Zainal Hasyim, Lc. (L)
5 Andi Zainal Fadlan (L)
6 Lisda Warastuti (P)
7 Erna Meiyyi (P)
8 Niswaty (P)

Sulawesi Tenggara - 01
1 H. Yan Herizal, SE. (L)
2 Badrun Raona (L)
3 Anaway Irianti (P)
4 Sutopo (L)
5 Hawaera (P)
6 Wa Ode Hasriyanti (P)

Gorontalo - 01
1 Habib Fahmi Alaydrus, Drs., Psi., M.Ed. (L)
2 Suprisno Baderan (L)
3 Marleni Limonu, SP., M.Si. (P)
4 Asep Teguh Firmansyah, SKM (L)

Sulawesi Barat - 01
1 Said Saggaf, Drs (L)
2 Tajuddin Usman, S.Ag (L)
3 St. Aisyah Sinring, Ir. (P)
4 Yusuf Shaleh (L)

Maluku - 01
1 Abdul Aziz Arbi (L) Komisi III (A-283)
2 Abdurrahman, SPd.. (L)
3 Gamar Wakano, SAg (P)
4 Abdurrahman Makatita, Lc. (L)
5 Sumiati, SE (P)

Maluku Utara - 01
1 Kusnandar Prijadi Kusuma (L)
2 Revli (L)
3 Rufiati Abdullah Salam, S.Ag (P)
4 Muhdar Bailusy, SH. (L)

Papua Barat - 01
1 Muammar Khadafi Bauw (L)
2 Ade Ch. Mulyanto. S.Sos.I (L)
3 Nurhaya Djafar, SPt (P)

Papua - 01
1 H. M.K. Renwarin (L)
2 Aidil Heryana (L)
3 Erni O. Rumbekwan (P)
4 Rahadi Mantikno (L)
5 Bekti Nur Ayomi (P)
6 M. Muzakir Asso (L)
7 Tatik Nuryanti, S.Sos (P)

Sumber: Sekretariat DPP PKS, Update: 19 Agustus 2008

Read More......

Profile Caleg PKS DPRD Pelalawan Nomor Urut 5

Nama : Abdullah
T/Tgl Lhr : Dumai, 23 Mei 1979
Agama : Islam
Alamat : Town Site 2 EE 19
Pekerjaan : Karyawan PT RAPP (Joint 1998)
Pemilik TB Cahaya Muslim Pkl Kerinci

KELUARGA
Nama Ayah : H. Abdul Rasyid (Alm)
Nama Ibu : Hj. Dawahira
Nama Istri : Herianti
Nama Anak : 1. Arruhul Jadid (4 thn)
2. Abdul Rahman (2 Thn)
3. Reema Nisya Robbani (9 bln)

PENDIDIKAN
* SDN 023 Dumai (selesai 1991)
* SMPN II Dumai (selesai 1994)
* STMN Dumai (selesai 1997)
* Politeknik Negeri Padang (tdk selesai 1997)
* Sekolah Teknologi Pulp dan Kertas Bandung ( selesai 1998)
* Akademi Bahasa Asing Pekanbaru (selesai 2002)
* Universitas Islam Riau Pekanbaru (tdk selesai 2003)


- Pj Ketua Ambalan Gugus Depan Pramuka STMN Dumai (1997)
- Ketua BEM ABA Pekanbaru (2001)
- Ketua Yayasan Amanah Pkl Kerinci (2008)
- Sekretaris IMRA Riau Komplek (2008)
- Sekretaris Lembaga Dakwah IMRA Annasiha (2006)
- Ketua DPC PKS Pkl Kerinci (2005)
- Ketua Bidang Kebijakan Publik DPD PKS Pelalawan (2006)
- Pengurus Harian LSM Bangun Negeri Pelalawan (2005)
- Ketua RT 05 BTN Bumi Lago Permai (2006)
- Humas Ikatan Da’I Indonesia Pelalawan (2005)
- Anggota KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia 2003)
- Koordinator KISPA Pelalawan (Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina 2006)
- Wakil Ketua SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ) Komisariat RAK (2005)

Read More......